"One can not escape history," by Abraham Lincoln
Kalau kata Soekarno, Jangan sekali-kali melupakan sejarah! lebih ngenes lagi kalau tidak menghargai sejarah itu sendiri. Seperti pemikiran yang muncul pas main ke Museum Taman Prasasti di Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat.
Gimana enggak ngenes, prasasti maupun nisan di museum itu penuh coretan. Mulai coretan berupa kalimat, bahkan sampai gambar kelamin laki-laki.
Bisa saja semua tulang belulang dari jasad yang dikubur di sana sudah dipindahkan. Tapi apa salahnya menghargai prasasti itu sebagai bagian dari sejarah tentang kolonial Belanda di Jakarta?!. Enggak salah kan ya menghormati orang yang sudah meninggal?!.
Padahal masuk ke museum ini cuma bayar Rp2 ribu. Kamera boleh bawa masuk kalau mau motret. Enggak ada larangan juga bawa makanan dan minuman ke dalamnya. Boleh nyewa guide untuk menceritakan kisah di balik Taman Prasasti ini, boleh juga enggak pakai jasa guide.
Dari prasasti dan nisan di sini, mayoritas adalah warga Eropa yang meninggal karena penyakit saat jaman penjajahan. Banyak juga dokter kenamaan dan akademis terkenal jaman dulu yang pernah dimakamin di sini. Bahkan nisan seorang Soe Hok Gie ada di sini.
Singkatnya museum ini dulunya bernama Kebon Jahe Kober (kuburan) seluas 5,5 ha. Pemakaman ini ada dari tahun 1795 khusus bagi orang Eropa. Pemakaman ini baru dibuka untuk umum tahun 1977. Sayangnya lahannya menyusut menjadi 1,3 ha setelah ada pengembangan kota.
Berada di Taman Prasasti ini serasa ada di Eropa. Mulai dari bahasa di nisan dan prasasti yang pake Bahasa 'Kompeni' Belanda, bangunan prasastinya, bangunan patungnya, hingga bangunan malaikat yang banyak di sini. Eh iya sisi romantis bisa terasa di sini juga loh. IMO, romantisme itu bisa dilihat dari tulisan di nisan. Rasa sedih dan besarnya cinta seorang istri ke suaminya yang meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar