Minggu, 28 Oktober 2012

Baiturrahman Mosque Aceh - from My Lens

"Dimana kaki berpijak, di sana langit dijunjung"

Begitu lah yang coba saya terapkan begitu tiba di Banda Aceh, ibukota Nanggroe Aceh Darussalam. Ketika seorang kenek bus malam berkata 'Penutup kepalanya dipakia, biar tambah bagus dilihat,' ujarnya sambil melewati barisan bangku penumpang sebelum tiba di Terminal Bus di Aceh.

Salah satu tujuan utama yang wajib dikunjungi adalah Mesjid Baiturrahman di jantung kota Banda Aceh, NAD. Sekitar pukul 11.00 kami tiba di mesjid yang tetap kokoh berdiri ketika tsunami menerjang kota ini pada 2006. Subhanallah, bangunan tempat umat muslim beribadah ini berdiri megah di hadapan saya. Seolah-olah bangunan ini selalu siap menjadi tempat berlindung warga kota ini. 

Di sisi lain, saya baru tahu kalau di sini menerapkan peraturan yang cukup ketat. Tidak diperbolehkan dilakukannya kegiatan saat Adzan berkumandang dan ketika shalat berjamaah dilakukan. Ada beberapa papan peringatan di sekitar mesjid ini. Peraturan ini tampaknya dibuat untuk benar-benar diberlakukan. 

Buktinya seorang satpam berkeliling sambil berteriak melalui towa kepada para pengunjung. "Semuanya segera meninggalkan kegiatannya, sudah masuk waktu shalat," serunya kepada pengunjung termasuk saya yang sedang asik mengabadikan mesjid dalam lensa kamera poket saya.

Mencoba untuk tak memerdulikannya, saya mencoba memotret dari berbagai sudut. Ah tetap saja kehadiran saya disadari oleh satpam itu. Ia pun menghampiri saya dan meminta saya menunda kegiatan memotret hingga shalat berjamaah usai dilaksanakan. Dari segelintir foto yang saya hasilkan di kamera, ini yang menurut saya ciamik. 




Satpam yang setia mengingatkan pengunjung kala adzan dikumandangkan. Keliling mesjid sambil berteriak melalui toa-nya.







Megahnya Mesjid Baiturrahman di Aceh




Istirahat di halaman mesjid di bawah rindangnya pohon




 Di luar mesjid banyak pedagang buah jamblang. Buahnya kecil bentuknya lonjong, warnanya ungu. Rasanya asam kecut, membuat bibir dan tangan berwarna keunguan.




Minggu, 14 Oktober 2012

Meatlover only @ Holycow

Karnivora menjadi sangat menyenangkan kalau ketemu daging yang yummieh di mulut dan perut. Nah karna tiap hari jarang makan daging (sapi), boleh kan ya sesekali makan steak daging sapi hehehe... Setelah gugling sana sini, plus nanya ke sana sini, pilihan pun jatuh ke Steak Holycow. 
Sebenarnya udah beberapa kali makan di holycow, baik itu yang di Radal (Jalan Radio Dalam, Jakarta), atau yang di Jalan Senopati Jakarta, atau yang di Jalan Kemang Raya Jakarta. Tiap ke sana pasti selalu pesan sirloin atau tenderloin. Bukan karna saya fans daging sapi jenis itu ya. Lebih tepatnya karna selalu kehabisan wagyu, maklum ke sana pasti di atas jam 9 malam (semacam sok sibuk kerja sampe malam :D).
Akhirnya, pengen liat suasana di Steak Holycow di Kelapa Gading. Tepat jam 17.15 WIB sampe di sana, suasana tempatnya didominasi warna merah. Sayangnya mereka hanya membuka satu ruangan di lantai dasar di sebuah ruko. Ruangannya ber-AC, jadi rada susah buat yang perokok. Agak beda dengan cabang lainnya yang bisa makan di ruangan (diperbolehkan) merokok :D. Kali ini, dengan alasan memanjakan lidah & perut maka dipilih lah Wagyu Eye Rib medium well dengan barbeque sauce+french fries dan minum ice green tea. Nah untuk ice/hot tea bisa refill loh ya *muka refill*


Dagingnya empuk dan juicy pas dikunyah, sausnya barbeque biar semakin terasa panggangannya. Di outlet Kemang, side dishesnya bayam, di Senopati outlet mix vegetable, maka di Kelapa Gading disajikan dengan buncis. Rasa buncisnya kinyis-kinyis, dan kentangnya bisa milih mau kentang goreng atau mash-potato. Harganya juga dahsyat untuk wagyu ini, only 105K.


This is Premium Tenderloin medium well with barbeque sauce and french fries. Tenderloinnya empuk dan minim lemak. Paling mantab dimakan pas hangat-hangatnya baru disajikan sama pelayannya. Nom nom nom, cukup membayar dengan harga 65K. Oya, tingkat kematangan dagingnya bisa milih loh. Mau rare, medium well, atau well done. Selama ini sih saya slalu pesan medium well, terasa lebih juicy di mulut dan lebih enak mandang dagingnya pas dipotong hohohoho...

Good food, good life :)


Steak Holycow Jalan Boulevard Kelapa Gading Jakarta.
Bukanya jam 11.00-14.00, tutup, buka kembali jam 17.00-till sold out.
Nah ada aja yang menarik kalo makan di sini, 
misalnya dengan ngtwit mention @SteakHolycow maka kita 
bakal dapat free dessert tiramisu dari @weMISU.
Tadi sih bisa ngtwit untuk PEMILUGO, yaitu pemilihan logo baru,
trus bisa dapat hadiah.
Jangan lupa, semua twit harus ditunjukkin ke pelayannya.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Reclining Buddha Bangkok in BW


“Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world.” ― Gustave Flaubert


Reclining Buddha yang ada di pikiranku saat pertama kali menginjakkan kaki di negri Gajah Putih, Bangkok, Thailand. Tak pernah terbayangkan rupa patung budha dalam sebuah kuil ini. Rintik hujan enggak menghentikan langkah untuk mengunjungi Reclining Buddha di Wat Pho. Keindahan, sejarah, dan kedamaian yang ku temukan di tempat ini.




Dari pintu masuk kita bisa langsung beli tiket. Enggak mahal kok 100 Baht, gratis sebotol air mineral bagi semua turis yang berkunjung ke sini.


Foto di depan-ujung patung ini adalah best view untuk nunjukkin betapa besarnya patung. Karna best view, jadi siap-siap berebutan foto ya. Pengunjung dari mana aja pasti foto di sini hahahaha...


Reclining Buddha ini punya nama lengkap yang panjang, yaitu Wat Phra Chettuphon Wimon Mangkhlaram Ratchaworamahawihan. Patung ini tingginya 15 meter dan panjang 43 meter. Warna aslinya keemasan karna dilapisi emas 18 karat. Buddha enggak tidur di sini, dia seakan-akan lagi berbaring dengan sebuah bantal kecil dengan kedua mata terbuka sedikit. Ujung yang warna perak dan beralur itu menggambarkan jari-jari kaki patung Buddha. 


Kita bisa masukkan uang koin ke tong kecil yang berjejer di belakang patung Buddha. Intinya untuk memohon kesejahteraan dan membantu perawatan temple ini.


Mau berdoa atau meditasi? Tentunya bisa di sini, dengan suasana sunyi dan suci. Biasanya sebuah kain dipinjamkan ketika ingin berdoa di dalamnya. Perempuan berbaju putih ini sembahyang dengan khusyuk sekitar 10 menit, meski di belakangnya banyak yang motret. 



Desain dari atap bangunan di kompleks temple ini punya arti loh. Artinya berbeda-beda tergantung bentuknya. Selain itu selalu ada patung dua penjaga di setiap pintu sebuah bangunan. Ada patung dua singa penjaga, dua penjaga pemberi ilmu pengetahuan, sampai dua penjaga yang siap bertarung.


Di depan Wat Pho banyak Tuktuk siap mengantar wisatawan keliling. Tuktuk itu kendaraan tradisional di sana, semacam bajaj di Jakarta.