Sabtu, 13 Oktober 2012

Reclining Buddha Bangkok in BW


“Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world.” ― Gustave Flaubert


Reclining Buddha yang ada di pikiranku saat pertama kali menginjakkan kaki di negri Gajah Putih, Bangkok, Thailand. Tak pernah terbayangkan rupa patung budha dalam sebuah kuil ini. Rintik hujan enggak menghentikan langkah untuk mengunjungi Reclining Buddha di Wat Pho. Keindahan, sejarah, dan kedamaian yang ku temukan di tempat ini.




Dari pintu masuk kita bisa langsung beli tiket. Enggak mahal kok 100 Baht, gratis sebotol air mineral bagi semua turis yang berkunjung ke sini.


Foto di depan-ujung patung ini adalah best view untuk nunjukkin betapa besarnya patung. Karna best view, jadi siap-siap berebutan foto ya. Pengunjung dari mana aja pasti foto di sini hahahaha...


Reclining Buddha ini punya nama lengkap yang panjang, yaitu Wat Phra Chettuphon Wimon Mangkhlaram Ratchaworamahawihan. Patung ini tingginya 15 meter dan panjang 43 meter. Warna aslinya keemasan karna dilapisi emas 18 karat. Buddha enggak tidur di sini, dia seakan-akan lagi berbaring dengan sebuah bantal kecil dengan kedua mata terbuka sedikit. Ujung yang warna perak dan beralur itu menggambarkan jari-jari kaki patung Buddha. 


Kita bisa masukkan uang koin ke tong kecil yang berjejer di belakang patung Buddha. Intinya untuk memohon kesejahteraan dan membantu perawatan temple ini.


Mau berdoa atau meditasi? Tentunya bisa di sini, dengan suasana sunyi dan suci. Biasanya sebuah kain dipinjamkan ketika ingin berdoa di dalamnya. Perempuan berbaju putih ini sembahyang dengan khusyuk sekitar 10 menit, meski di belakangnya banyak yang motret. 



Desain dari atap bangunan di kompleks temple ini punya arti loh. Artinya berbeda-beda tergantung bentuknya. Selain itu selalu ada patung dua penjaga di setiap pintu sebuah bangunan. Ada patung dua singa penjaga, dua penjaga pemberi ilmu pengetahuan, sampai dua penjaga yang siap bertarung.


Di depan Wat Pho banyak Tuktuk siap mengantar wisatawan keliling. Tuktuk itu kendaraan tradisional di sana, semacam bajaj di Jakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar