Jumat, 28 Juni 2013

Mudahnya Bikin Raw Almond Milk

Bosan dengan susu hewani? atau kurang cocok sama asamnya yogurt? Ternyata kacang almond juga bisa diolah menjadi susu, sama kayak kacang kedelai. Usut punya usut, ternyata enggak susah susah banget bikin susu kacang almond sendiri di rumah. Bahannya pun simple dan mudah dicari di pasar.

Bahan:
1. Kacang almond mentah     250 gr
2. Sea salt                              1 sdt 
3. Vanila mentah atau vanilla essence 
4. Air                                     2,5 gelas sedang/mug


Caranya:
1. Rendam kacang almond mentah dalam air selama 6-8 jam
2. Tiriskan kacang almond mentah dari air rendaman
3. Masukkan kacang almond ke blender, masukkan vanila (tergantung selera ya), garam, dan air
4. Blender semuanya secara perlahan sampai halus
5. Saring ampas almond dengan kain penyaring (bisa dibeli di tukang tahu)
6. Sajikan raw almond milk 



NB : bagi yang suka manis, bisa tambahkan madu atau maple syrup atau kurma. Susu ini sebaiknya disimpan di kulkas dan tahan untuk 3 hari.





Senin, 17 Desember 2012

Kopi Segar dari Mesin Antik di Blumchen

"I put instant coffee in a microwave oven and almost went back in time," Steven Wright

I have a good relationship with instant coffee on my daily routines. It makes me bored. 
Once upon a time, I went to Blumchen Coffee. Blumchen cafe is located at SCBD, Jakarta. 
Surprisingly, they have good coffee with good price. I felt in love with Blumchen Coffee at the first sight. They have a vintage interior and vintage coffee machines. 
How about the ambience? Cozy place and friendly baristas. It would be nice to have a private business meeting or have a chit chat with close friends.

For coffee lovers, they have Gayo coffee, Mandailing coffee, Toraja Coffee, Bali Coffee, 
Flores coffee, Papua Coffee, and Luwak coffee. 
They always roasts coffee beans in order to serve brewed coffee. 
Wanna have a bag of roasted coffee? Just choose your best coffee!

I heard that this cafe is owned by a Korean man. He's a vintage goods collector, for instance an old big coffee machine, an old calculator, an old radio. He got all that treasures from Jalan Surabaya, Jakarta.
The plus point of this coffee shop is selling coffee-thingy; coffee filter, coffee cup, traditional coffee machine, and sum varieties of coffee bean.








Leave your instant coffee, then enjoy simplicity of brewed coffee at Blumchen Coffee!





Kamis, 01 November 2012

Megahnya Museum Menyimpan Luka Dalam

“History is orphan. It can speak, but cannot hear. It can give, but cannot take. Its wounds and tragedies can be read and known, but cannot be avoided or cured.” ― Kedar Joshi

Sewindu berlalu ketika gempa dan tsunami meluluhlantakkan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Kota yang kerap disebut Serambi Mekkah itu kembali menggeliat. Pembangunan fisik terus dilakukan, perekonomian kembali tumbuh.

Namun, tak ingin melupakan sejarah, sebuah museum dibangun untuk 'menyimpan' kenangan itu. Bangunan museum yang megah terlihat kasat mata ketika saya mengunjunginya di pertengahan September 2012. Warna abu-abu dan hitam mendominasi museum ini. Entah karena menyimbolkan rasa duka mendalam atau warna yang tepat untuk sebuah bangunan publik.

Jujur ini pertama kalinya saya berkunjung ke Aceh. Saya hanya tahu dahsyatnya bencana yang menimpa Aceh melalui pemberitaan di TV dan koran. Entah mengapa seluruh tubuh saya merinding begitu menjelajah ke museum ini. Hawanya dingin meski museum ini selalu dipadati pengunjung. Ada duka tersirat meski matahari bersinar terang di luar museum. Saya pun dapat membayangkan besarnya bencana yang pernah menimpa Aceh pada 26 Desember 2004 silam.





Informasinya gedung ini dibangun oleh arsitek muda dari UGM Yogyakarta. Pembiayaan gedung ini disebut-sebut didanai oleh negara-negara besar di dunia, sebut saja Australia, Jepang, Inggris, AS, dll

Helikopter yang hancur dalam tsunami Aceh






Atap museum dipenuhi bendera-bendera negara donor penyokong pembangunan museum ini. Menurut saya bangunan museum ini bergaya minimalis-modern. Banyak lorong panjang dengan garis tegas pada jendela kacanya, atau garis tegas pada pilar-pilarnya.






Museum itu memiliki Lorong Tsunami, pengunjung bisa berjalan dalam lorong panjang dengan suara gemericik air. Setelahnya ada ruangan dituliskannya nama-nama korban gempa&tsunami. Ruangan itu berbentuk seperti corong hanya lampu-lampu berpendar kuning meneranginya. Museum pun menyuguhkan video dari kumpulan video amatir akan gempa & tsunami yang melanda Aceh. Cukup 15 menit ditayangkan gratis di Ruang Audio Visual. Lukisan, foto, diorama, hingga barang peninggalan bencana pun dipamerkan di museum ini. Bahkan ruangan Simulasi Goncangan Gempa pun dapat dirasakan pengunjung di museum ini.







Minggu, 28 Oktober 2012

Baiturrahman Mosque Aceh - from My Lens

"Dimana kaki berpijak, di sana langit dijunjung"

Begitu lah yang coba saya terapkan begitu tiba di Banda Aceh, ibukota Nanggroe Aceh Darussalam. Ketika seorang kenek bus malam berkata 'Penutup kepalanya dipakia, biar tambah bagus dilihat,' ujarnya sambil melewati barisan bangku penumpang sebelum tiba di Terminal Bus di Aceh.

Salah satu tujuan utama yang wajib dikunjungi adalah Mesjid Baiturrahman di jantung kota Banda Aceh, NAD. Sekitar pukul 11.00 kami tiba di mesjid yang tetap kokoh berdiri ketika tsunami menerjang kota ini pada 2006. Subhanallah, bangunan tempat umat muslim beribadah ini berdiri megah di hadapan saya. Seolah-olah bangunan ini selalu siap menjadi tempat berlindung warga kota ini. 

Di sisi lain, saya baru tahu kalau di sini menerapkan peraturan yang cukup ketat. Tidak diperbolehkan dilakukannya kegiatan saat Adzan berkumandang dan ketika shalat berjamaah dilakukan. Ada beberapa papan peringatan di sekitar mesjid ini. Peraturan ini tampaknya dibuat untuk benar-benar diberlakukan. 

Buktinya seorang satpam berkeliling sambil berteriak melalui towa kepada para pengunjung. "Semuanya segera meninggalkan kegiatannya, sudah masuk waktu shalat," serunya kepada pengunjung termasuk saya yang sedang asik mengabadikan mesjid dalam lensa kamera poket saya.

Mencoba untuk tak memerdulikannya, saya mencoba memotret dari berbagai sudut. Ah tetap saja kehadiran saya disadari oleh satpam itu. Ia pun menghampiri saya dan meminta saya menunda kegiatan memotret hingga shalat berjamaah usai dilaksanakan. Dari segelintir foto yang saya hasilkan di kamera, ini yang menurut saya ciamik. 




Satpam yang setia mengingatkan pengunjung kala adzan dikumandangkan. Keliling mesjid sambil berteriak melalui toa-nya.







Megahnya Mesjid Baiturrahman di Aceh




Istirahat di halaman mesjid di bawah rindangnya pohon




 Di luar mesjid banyak pedagang buah jamblang. Buahnya kecil bentuknya lonjong, warnanya ungu. Rasanya asam kecut, membuat bibir dan tangan berwarna keunguan.




Minggu, 14 Oktober 2012

Meatlover only @ Holycow

Karnivora menjadi sangat menyenangkan kalau ketemu daging yang yummieh di mulut dan perut. Nah karna tiap hari jarang makan daging (sapi), boleh kan ya sesekali makan steak daging sapi hehehe... Setelah gugling sana sini, plus nanya ke sana sini, pilihan pun jatuh ke Steak Holycow. 
Sebenarnya udah beberapa kali makan di holycow, baik itu yang di Radal (Jalan Radio Dalam, Jakarta), atau yang di Jalan Senopati Jakarta, atau yang di Jalan Kemang Raya Jakarta. Tiap ke sana pasti selalu pesan sirloin atau tenderloin. Bukan karna saya fans daging sapi jenis itu ya. Lebih tepatnya karna selalu kehabisan wagyu, maklum ke sana pasti di atas jam 9 malam (semacam sok sibuk kerja sampe malam :D).
Akhirnya, pengen liat suasana di Steak Holycow di Kelapa Gading. Tepat jam 17.15 WIB sampe di sana, suasana tempatnya didominasi warna merah. Sayangnya mereka hanya membuka satu ruangan di lantai dasar di sebuah ruko. Ruangannya ber-AC, jadi rada susah buat yang perokok. Agak beda dengan cabang lainnya yang bisa makan di ruangan (diperbolehkan) merokok :D. Kali ini, dengan alasan memanjakan lidah & perut maka dipilih lah Wagyu Eye Rib medium well dengan barbeque sauce+french fries dan minum ice green tea. Nah untuk ice/hot tea bisa refill loh ya *muka refill*


Dagingnya empuk dan juicy pas dikunyah, sausnya barbeque biar semakin terasa panggangannya. Di outlet Kemang, side dishesnya bayam, di Senopati outlet mix vegetable, maka di Kelapa Gading disajikan dengan buncis. Rasa buncisnya kinyis-kinyis, dan kentangnya bisa milih mau kentang goreng atau mash-potato. Harganya juga dahsyat untuk wagyu ini, only 105K.


This is Premium Tenderloin medium well with barbeque sauce and french fries. Tenderloinnya empuk dan minim lemak. Paling mantab dimakan pas hangat-hangatnya baru disajikan sama pelayannya. Nom nom nom, cukup membayar dengan harga 65K. Oya, tingkat kematangan dagingnya bisa milih loh. Mau rare, medium well, atau well done. Selama ini sih saya slalu pesan medium well, terasa lebih juicy di mulut dan lebih enak mandang dagingnya pas dipotong hohohoho...

Good food, good life :)


Steak Holycow Jalan Boulevard Kelapa Gading Jakarta.
Bukanya jam 11.00-14.00, tutup, buka kembali jam 17.00-till sold out.
Nah ada aja yang menarik kalo makan di sini, 
misalnya dengan ngtwit mention @SteakHolycow maka kita 
bakal dapat free dessert tiramisu dari @weMISU.
Tadi sih bisa ngtwit untuk PEMILUGO, yaitu pemilihan logo baru,
trus bisa dapat hadiah.
Jangan lupa, semua twit harus ditunjukkin ke pelayannya.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Reclining Buddha Bangkok in BW


“Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world.” ― Gustave Flaubert


Reclining Buddha yang ada di pikiranku saat pertama kali menginjakkan kaki di negri Gajah Putih, Bangkok, Thailand. Tak pernah terbayangkan rupa patung budha dalam sebuah kuil ini. Rintik hujan enggak menghentikan langkah untuk mengunjungi Reclining Buddha di Wat Pho. Keindahan, sejarah, dan kedamaian yang ku temukan di tempat ini.




Dari pintu masuk kita bisa langsung beli tiket. Enggak mahal kok 100 Baht, gratis sebotol air mineral bagi semua turis yang berkunjung ke sini.


Foto di depan-ujung patung ini adalah best view untuk nunjukkin betapa besarnya patung. Karna best view, jadi siap-siap berebutan foto ya. Pengunjung dari mana aja pasti foto di sini hahahaha...


Reclining Buddha ini punya nama lengkap yang panjang, yaitu Wat Phra Chettuphon Wimon Mangkhlaram Ratchaworamahawihan. Patung ini tingginya 15 meter dan panjang 43 meter. Warna aslinya keemasan karna dilapisi emas 18 karat. Buddha enggak tidur di sini, dia seakan-akan lagi berbaring dengan sebuah bantal kecil dengan kedua mata terbuka sedikit. Ujung yang warna perak dan beralur itu menggambarkan jari-jari kaki patung Buddha. 


Kita bisa masukkan uang koin ke tong kecil yang berjejer di belakang patung Buddha. Intinya untuk memohon kesejahteraan dan membantu perawatan temple ini.


Mau berdoa atau meditasi? Tentunya bisa di sini, dengan suasana sunyi dan suci. Biasanya sebuah kain dipinjamkan ketika ingin berdoa di dalamnya. Perempuan berbaju putih ini sembahyang dengan khusyuk sekitar 10 menit, meski di belakangnya banyak yang motret. 



Desain dari atap bangunan di kompleks temple ini punya arti loh. Artinya berbeda-beda tergantung bentuknya. Selain itu selalu ada patung dua penjaga di setiap pintu sebuah bangunan. Ada patung dua singa penjaga, dua penjaga pemberi ilmu pengetahuan, sampai dua penjaga yang siap bertarung.


Di depan Wat Pho banyak Tuktuk siap mengantar wisatawan keliling. Tuktuk itu kendaraan tradisional di sana, semacam bajaj di Jakarta. 

Senin, 20 Agustus 2012

Beautiful Hidden Spot of Muara Angke


"I find hope in the darkest of days, and focus in the brightest. I do not judge the universe," by Dalai Lama.

A day before Idul Fitri 1433 Hijriyah, I joined a photo hunting with my friends. Honestly, I have no dslr camera like they do. I used a pocket camera named Sony. But, I like the way they catch a good angle of photography. I like their view to make sum places become special on their eyes. 

Our destiny was Muara Angke. Shocked, me, at first. I thought "what do you expect from that place?". Smelly place and dirty?. But, curiosity took me there. I was speechless, I saw many kind of life there. Finally, I met a nice spot to enjoy at Muara Angke Port.  I think, every place has its own nice one. There are some of my photos which taken with pocket camera.



No words for that littered Muara Angke pier. Garbage and waste from ships and sea always flooding the pier. Once a week, people burn the waste with solar. 




There's a fishing/sailing store, all fishermen needs are provided. Stores are closed on Lebaran, but they they always open 24 hours daily. "Ramai kalau awak kapal pada berlabuh, biasanya malam atau subuh," kata Rina, seorang pemilik toko perlengkapan berlayar.







Popeye the sailorman.. tut..tut.. yes, here there are the fishermen activity. I see many ships with light bulbs, they switch on the bulbs to attract fish in the sea at nite. After sailing for 2-3 months, they docked with fish, squid, shrimps, and many others. Finally, they export fish abroad (Chinese, Thailand, Taiwan).





Surprisingly, I got this great spot. I arrived at the far point (there's a warung kopi), I can see the bay view with blue sky and navy sea. Young and old, couple and family, come to this spot. Enjoying afternoon with this pretty enough scenery.